Selain Thehok, Ini Tauke Karet Jambi di Zaman Belanda

SENARANINEWS.COM – Rasanya memasuki Tahun Baru Cina tahun 2576, Imlek 25 Januari 2025 ini, tak ada orang Jambi yang tidak tahu dengan Thehok. Terlepas dari soal, mereka tahu atau tidak bahwa nama wilayah Thehok, berasal dari nama seorang Tionghoa tauke karet zaman dulu, The Hok.

Syahdan, orang Cina yang jadi tauke karet di Jambi pada zaman Belanda bukanlah The Hok seorang. Nyatanya, keberadaan orang-orang Cina juga Arab di tanah Jambe telah lama ada. Mereka berbaur hingga terjadi akulturasi. Tak heran ada nama Pecinan di Kawasan Jambi Seberang.

Coa Ngi Long. Dialah orang Tionghoa yang tak kalah sukses dengan Tjoa The Hok sebagai tauke karet. Adapula nama The Kim Nyan. “Tidak jauh dari kita, di satu tempat yang disebut Sungai Beluru ada satu perkebunan karet yang luas sekali, puluhan hektare. Kebun ini juga milik seorang Cina secara pribadi, The Kim Nyan.” Begitu pejuang Jambi Mukti Nasruddin menceritakannya di Jambi Dalam Sejarah Nusantara 692-1949.

Jangan Lewatkan :  Profil Fadhil Arief, Bupati Batanghari Petahana yang Lawan Kotak Kosong

Siapa Coa Ngi Long?
Sosoknya memang tak sepopuler The Hok. Perlu usaha lebih tekun untuk menggali lebih dalam mengenainya. Yang jelas, Coa Ngi Long berjaya di tahun 1900an.

Pabrik karet atau pabrik getah Coa Ngi Long berada di Seberang. Orang-orang lokal banyak yang bekerja di remiling kepunyaan Coa Ngi Long. Coa Ngi Long juga mempunyai kapal angkut yang diberi nama Singkel. Kapal inilah yang mengangkut orang dan barang dengan tujuan Jambi-Singapura, pergi pulang. Ketika Belanda digantikan Jepang, saat aksi bumi hangus, kapal ini dikabarkan diperintahkan oleh Belanda untuk ditenggelamkan ke dasar Sungai Batanghari.

Masih seturut Mukti, Coa Ngi Long juga mempunyai kontribusi dalam hal sosial kemasyarakatan. Konon, ia pernah menyumbang untuk pembangunan masjid di Olak Kemang.

Jangan Lewatkan :  Mengenal Iqbal, Penyair Muslim Sekaligus Tokoh Kemerdekaan Pakistan
The Hok
Tjoa The Hok, tauke karet di Jambi pada masa lampau. Namanya kini menjadi nama kelurahan di Kota Jambi. Foto internet

Cina, Karet dan Jambi

Jejak orang-orang Cina di perdagangan karet Jambi dari hulu hingga ke hilir dapat dipahami, bahwa mereka terkoneksi dengan orang-orang Cina yang juga pengusaha karet di Singapura.

Sejarawan Lindayanty mengatakan bahwa pada awal penanaman karet di Jambi, petani karet bisa membeli bibit karet dari pedagang Cina. Ada dua cara pembelian yang dikenal di masa itu. Pertama dengan pembelian biji karet untuk kemudian ditanam sendiri, dan Kedua, dengan membeli bibit yang sudah berupa pohon muda. Kelak, seiring waktu pribumi kian paham dengan cara budidaya karet, mereka menyemaikan sendiri biji karet yang diambil dari pohon karetnya.

Dalam Memorie van Overgave (MvO) atau gampangnya Surat Serah Terima Jabatan Onderafdeling Muara Tebo Nomor 889, disebutkan, pada 1920an, perdagangan termasuk perdagangan karet dikuasai oleh pada pedagang Cina. Pemiliknya antara lain Bo Goan, Goan Tjiang dan Moei Seng. Masa ketika karet Jambi begitu digdaya.

Jangan Lewatkan :  Hasto Kristiyanto Tersangka, PDIP: Lebih Terlihat Seperti Teror

Yang tak kalah menarik adalah, saat awal-awal tanaman asal Brasil itu dibudidayakan di tanah jambe. Belanda membuat kebun-kebun percobaan, di Muara Tembesi dan Bangko. Menurut Lindayanty setelah bibit karet siap tanam, bibit dari kebun-kebun percobaan ini diberikan secara gratis kepada penduduk. Pedagang Cina juga ikut berperan dalam menyebarluaskan tanaman karet ini. Melalui pemilik toko Cina, tanaman karet muda dari kebun percobaan pemerintah disalurkan kepada rakyat. Kepada langganan toko Cina ini diberikan pohon-pohon karet sebagai reklame.

Bahkan, kebun percobaan di Muara Tembesi, ditunjuk pengawas yang juga orang Cina yaitu Ong An Bie. Sekitar tahun 1924, dominasi pedagang Cina di bisnis karet Jambi mulai mengendur. “Orang-orang Jambi berusaha mempelajari cara dagang orang Cina di Singapura dengan tujuan agar mereka dapat melakukan perdagangan karet tanpa pedagang perantara orang Cina.” Demikian Lindyanty. (deddy rachmawan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *